Thursday, October 15, 2009

Sepenggal Catatan Dari Pinggir Sungai Mamberamo ( Bagian 2 )



Masih soal pendidikan, selain masalah akta kelahiran, mutu pendidikan dan tenaga pengajar yang tidak beres, hal lainnya yang sekiranya perlu mendapat perhatian serius dari orang-orang Mamberamo dan pihak Pemerintah, yakni soal perubahan perilaku dari anak-anak sekolah yang ada di kampung-kampung.

Laporan : Alberth Yomo

“Gila…, anak-anak ini punya cara isap rokok juga jahat sekali,” keluh salah satu anggota tim. “ Kamu ini masih kecil, jantung belum kuat, kamu punya otak bisa mati kalau kecil-kecil begini kamu sudah isap rokok, “ tegas anggota tim lainnya kepada sejumlah anak-anak di kampung Haya yang sedang menggulung rokok AK ( Anggur Kupu ) dan dengan santai menghisapnya.

Awalnya rokok yang kami bawa adalah sebagai bahan kontak dengan sejumlah masyarakat di kampung, namun tak disangka, sumber-sumber informasi belum ditemui, dalam beberapa hari stok rokok menipis, karena anak-anak kecil menjadi bagian dari pecandu berat yang siang malam nongkrong di Posko tim.

Meski tim kami telah berupaya untuk memberi pengertian, tapi entahlah mereka mengerti bahasa yang disampaikan teman-teman kami atau tidak mau menggubrisnya, namun kegiatan itu terjadi hampir tiap hari. Bahkan pemandangan itu menjadi hal yang biasa di tempat terbuka, baik itu orang dewasa, anak-anak kecil, laki-laki maupun perempuan, termasuk anak-anak usia taman kanak-kanak.

“ Begini ade, saya sudah berupaya memberi nasehat bahkan memberi hukuman berat kepada anak-anak yang tertangkap basa menghisap rokok, tapi saya menjadi sasaran kemarahan orang tua mereka, bahkan saya sering dikejar dengan panah dan parang,” jelas Laurens, anak kampung Haya yang menjadi guru bantu di SD tersebut, menanggapi soal perilaku itu. Laurens kemudian putus asa untuk mengatasi persoalan itu.

Meski demikian, bagi Laurens hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap semangat mengajar dan membimbing anak-anak yang ada di kampungnya. Karena baginya, untuk mengubah perilaku masyarakat di kampungnya bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan waktu, baginya, cepat atau lambat masyarakat di kampungnya akan memahami, yang terpentingnya baginya, bagaimana membimbing anak-anak untuk bisa membaca ,menulis serta bisa menempuh pendidikan berjenjang dengan baik hingga ke sekolah yang lebih tinggi.

Sebenarnya bukan hanya masalah rokok, tapi banyak persoalan yang selalu dihadapi Laurens, baik itu berupa persoalan pemahaman orangtua tentang pentingnya pendidikan, persoalan kesejahteraan dirinya dan keluarga hingga pada persoalan anak muridnya yang membutuhkan pendampingan ekstra agar bisa membaca dan menulis dengan baik.

“ Anak-anak harus bisa tulis dan baca sebelum mereka pergi sekolah ke tempat lain, sehingga saya tidak akan menjadi malu, ketika suatu saat anak-anak akan ditanya siapa guru yang mengajar. Karena itu, saya berusaha sekuat tenaga saya, agar anak-anak bisa baca dan tulis dengan baik,” tandasnya. ( Bersambung )

No comments:

Post a Comment