Monday, May 10, 2010

Pohon Inspirasi ( 4 )


Benih Beringin (Ficus Annulata) itu jatuh juga setelah menempuh perjalanan jauh. Bersama burung ia mengakhiri perjalanannya di rimbunnya belantara hutan. Sayang, benih itu tidak sampai ke tanah. Ia tersangkut di cabang pohon besar.
”Ah tak apalah, aku masih bisa hidup disini.” bisik benih Beringin. Lalu ia meminta ijin untuk hidup bersama pohon besar.
” Pohon besar, ijinkan aku hidup bersamamu sampai aku kuat dan besar.” pinta benih Beringin.
”Silakan, suatu saat engkau akan memberi manfaat besar bagi yang lain.”
Pohon besar berbaik hati untuk menjadi pohon inang (host tree = pohon yang ditumpangi) bagi benih Beringin.

Hari demi hari, benih Beringin tumbuh cepat. Keluarlah daun dan batang kecil. Beringin kecil mendapat matahari dan air tanpa mengganggu pohon besar. Akar beringin menjulur menggantung ke bawah untuk membantunya bernafas. Beringin hidup secara epifit, hidup berdampingan tanpa mengganggu dan sedikit mengambil makanan dari pohon besar. Pohon besar rela berbagi sedikit makanan dengan Beringin kecil.

Beringin mulai tumbuh membesar. Akarnya juga tumbuh makin besar dan panjang. Beringin perlu makanan yang lebih banyak. Tak cukup hanya mengandalkan sedikit makanan dari pohon besar. Ia merambatkan akar-akarnya di batang pohon besar. Beringin pun makin besar dan akarnya kini telah menghujam ke tanah. Makin lama akar Beringin makin besar menyerupai batang. Akar beringin telah membelit kuat pohon besar. Pohon besar masih bersabar menerima Beringin hidup disisinya.

Lama kelamaan beban beringin di pohon besar makin berat. Akar-akar yang jumlahnya ratusan julur, yang tadinya kecil dan halus makin mengeras dan melilit pohon besar hingga tumpang tindih. Bagian atas beringin sudah tumbuh menjadi batang yang besar dan makin mencekik pohon besar. Hingga pohon besar hampir tidak nampak lagi.

Pohon besar menyadari dirinya tak kuat lagi menahan pesatnya pertumbuhan Beringin Ia juga telah berumur lanjut. Ia tidak mau bersaing dengan beringin. Meski ia tahu beringin awalnya hanyalah makhluk kecil tak berdaya yang menumpang hidup diketiak batangnya. Ia pula yang dengan ikhlas menyuapi makanan saat kecil.

”Ah, tak apa-apa. Aku bahagia ketika beringin menjadi kuat. Lihatlah sekarang... monyet, serangga dan banyak hewan lain mendapat makanan dan perlindungan disini. Beringin telah mengundang banyak hewan kemari. Di masa tuaku, aku sangat bahagia, karena keberadaanku makin bermakna dengan kehadiran Beringin.” ungkap pohon besar pada seekor burung yang tiap hari hinggap di tubuhnya. Akhirnya pohon besar itu mati

Memang begitu adanya. Beringin mencekik pohon besar bukan untuk menzhaliminya. Beringin telah membuat lingkungan yang nyaman bagi burung dan serangga bersarang. Buah beringin yang lezat memberi gizi yang banyak bagi burung hingga tulang dan cangkang telurnya kuat. Kelak burung-burung inilah yang akan menyebarkan biji-biji ke berbagai tempat hingga Beringin memberi dampak yang besar bagi lingkungan.

Sia-siakah kematian Pohon Besar? Ternyata tidak. Ia menyediakan lubang yang nyaman bagi bersarangnya serangga penghasil madu. Serangga ini mempunyai rumah mewah. Lubang yang luas dan nyaman serta makanan berlimpah dari bunga-bunga beringin. Serangga ini tidak hanya makan, ia sekaligus menyerbuki bunga-bunga hingga buah Beringin makin lebat. Beringin dengan payung daun dan cabangnya yang besar, juga menjadi tempat berlindung bagi rusa dan hewan mamalia lain dari udara panas.

Indah sekali kehidupan harmonis dari pohon besar dan Beringin pencekik ini. Pohon besar dengan ikhlas dan prasangka baiknya membuat Beringin tumbuh menjadi sosok yang kuat dan pelindung bagi makhluk lain. Kekuatan memberi dari pohon besar telah memberi manfaat yang lebih luas. Meski ia tercekik, terambil makanannya, terhalangi tubuhnya dari matahari, ia tak marah. Pohon besar sangat paham, bila ia mengusir beringin kecil dulu, maka ia hanya sebatang pohon dengan sedikit manfaat. Namun karena kelapangan hatinya , kesabarannya menerima, mendidik dan melayani Beringin maka ia menjadi pohon yang nyaman bagi tumbuhnya generasi kuat dan mampu memberikan banyak manfaat. Semoga kita dapat meneladani sikap pohon besar yang rela mengorbankan dirinya sendiri demi kepentingan makhluk lainnya. Demi kelangsungan hidup makhluk-makhluk di sekitarnya.

Achmad Siddik Thoha
siddikthoha@yahoo.com

Sunday, May 9, 2010

Pohon Inspirasi ( 3 )


Saat kita ingin memperluas bangunan rumah dan membangun gedung lainnya, seringkali pepohonan menjadi obyek yang harus dimusnahkan. Bangunan dan lahan berbeton lebih kita cintai daripada pohon. Kita memperlakukan pohon dengan sewenang-wenang.

Saat kita jaringan listrik dan telepon terbelit ranting pohon, maka tanpa pikir panjang pohon akan ditebas bahkan ditumbangkan. Kawat hitam semrawut lebih kita sukai daripada pohon. Kita memperlakukan pohon dengan tidak adil.

Saat jalan harus diperluas, ketika harus menanam tanaman semusim atau ketika fasilitas umum akan didirikan, maka pohon akan diperlakukan sebagai barang yang harus disingkirkan. Kalau pun harus ada, ia tak lebih dari tanaman kecil yang harus hidup merana minim perawatan.

Kala musim kampanye tiba, banyak batang pohon tercekik kawat. Baliho dan spanduk kampaye menancapkan paku dengan sadis di batang pohon. Mereka menyakiti pohon tanpa ampun

Ketika pendapatan keluarga harus dicukupi, pendapatan daerah harus meningkat, jumlah rekening pejabat harus bertambah, nilai kekayaan pengusaha harus berlipat-lipat, maka pohon di hutan harus ditebas habis tanpa ada kompensasi. Mereka dengan membabi buta memusnahkan pepohonan. Pepohonan dan makhluk yang hidup dengannya harus tersingkir dengan sangat menyedihkan.

Saat musim kemarau tiba, udara panas terasa sangat mengesalkan. Hampir semua orang menginginkan kesejukan udara. Tidak ada yang bisa memberi kesejukan selain hembusan angin dari celah-delah dedaunan pohon. Semua orang merindukan dan mencari pepohonan.

Saat banjir datang, semua orang menjerit dan mengeluh. Mereka menyalahkan pihak yang telah menebangi pohon di hulu. Mereka merindukan pohon. Mereka ingin pepohonan tumbuh dan menyelamatkan nyawa anak cucu merkea kelak.

Saat udara di bumi semakin panas akibat perubahan iklim, semua orang mencari bibit pohon. Semua orang ingin menanam pohon. Bahkan pemimpin menyerukan setiap orang untuk menanam pohon. ”One man one tree,” Demikian seru pemimpin.

Kita mungkin pernah melakukan perbuatan tak menyenangkan atau menyakiti seseorang. Kita mungkin tak sengaja atau lalai hingga seseorang terzhalimi haknya. Bahkan kita mungkin pernah sangat membenci seseorang dalam kehidupan kita.

Namun pada saatnya orang-orang tersebut sangat kita butuhkan. Orang yang telah kita zhalimi menjadi orang yang sangat sangat kita cintai karena kita mendapat pelajaran berharga. Orang yang mendapat perlakuan tak adil telah memberi ”tamparan” yang akhirnya membuat kita mencitai-Nya dan menyayangi orang tersebut.

Tuhan berlaku adil pada setiap perilaku makhluk-Nya. Setiap ketidakadilan atau kezhaliman akan mendapat balasan-Nya. Pada saatnya orang yang kita benci atau kita zhalimi akan menjadi orang yang bisa menyadarkan kita. Akhirnya kita berbalik mencarinya, merindukannya dan mencintainya. Sungguh DIA Maha Adil.( Achmad Siddik Thoha/achmadsiddik@yahoo.com)Rata Penuh

Saturday, May 8, 2010

Pohon Inspirasi ( 2 )


Bila kita pernah melakukan perjalanan di hutan, maka akan ditemukan begitu banyak jenis pohon yang tumbuh. Jenis-jenis pohon yang berbeda ini tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia. Hutan dengan komposisi jenis yang beragam dan tumbuh secara alami seperti itu dinamakan disebut sebagai hutan alam.

Pada hutan alam, kita juga melihat perbedaan dari sisi yang lain. Perbedaan besarnya dan tingginya batang, bentuk dan susunan daun yang tak sama, struktur tajuk (struktur yang terbentu dari cabang dan daun). Perbedaan strata tau lapisan pohon dari bibit atau pohon kecil hingga besar membentuk kesatuan komunitas yang indah dan rapat. Kita juga dapat menyaksikan mereka menjadi tempat mencari makan dan tinggal dari hewan-hewan yang berbeda. Satu jenis atau famili hewan tertentu hanya bisa makan dari jenis atau famili pohon tertentu pula.

Jenis, bentuk dan tempat bagi hewan yang berbeda menghasilkan sebuah kesatuan masyarakat pepohonan yang harmonis. Meski diantara mereka saling berkompetisi untuk bertahan hidup, pepohonan yang berbeda di hutan alam membentuk lukisan alam yang indah. Mereka menyediakan kicauan burung yang berasal dari pohon-pohon yang berbeda dalam irama alam yang indah. Mereka juga menanungi tumbuhan-tumbuhan kecil, menyediakan tempat memanjat bagi tumbuhan pemanjat,. Mereka juga mempersilahkan tumbuhan jenis epifit, saprofit bahkan parasit untuk menumpang hidup secara damai. Hewan-hewan dibiarkan oleh mereka memetik buah, mencicipi daun bergelantungan diantara dahan-dahannya dan tidur dalam kehangatan tajuk.

Dunia pohon yang harmonis dalam keseragaman memberikan kemampuan bertahan hidup yang tinggi. Dalam keberagaman, pepohonan di hutan lebih tahan dari serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit hanya bisa menyerang jenis tertentu dan tidak bisa berkembang baik pada kondisi hutan yang sangat beragam jenisnya. Dalam keberagaman pepohonan mampu menyediakan kelembaban udara yang tinggi hingga sulit bagi mereka terbakar karena kondisinya yang sangat basah.

Hutan, dengan kumpulan pohonnya yang beragam ternyata menghasilkan manfaat yang sangat besar bagi lingkungannya. Hutan mampu menyerap banyak air di tanah dekat akar-akarnya. Tanah-tanah yang menyerap air ini mampu mengurangi banyaknya air yang menggeang dan menjadi aliran di permukaan tanah. Hutan sangat dibutuhkan untuk mencegah atau meminimalkan banjir saat air hujan membasahi bumi. Di musim kemarau, air yang tersimpan di perut bumi yang diatasnya tumbuh pepohonan mengalirkan air dari mata-mata air untuk lingkungannya. Hutan telah menjadi penyelamat saat hujan deras datang dan saat kemarau tiba.

Masyarakat tumbuhan telah mengajarkan kehidupan sosial yang damai dan saling memberi manfaat dari keragaman dan kompetisi.Keberagaman dari kehidupan pepohonan di alam menghasilkan harmoni hidup dan manfaat yang besar bagi lingkungan. Dalam komunitas manusia, hidup dalam ragam agama, budaya, pemikiran dan selera tak selalu berakhir harmonis dan memberi kekuatan dan manfaat yang lebih besar. Bahkan untuk melahirkan sebuah suasana tenang saja tidak selalu mudah. Hidup dalam keberagaman terkadang menghasilkan egoisme yang tinggi antar pribadi. Privasi adalah kata yang membuat setiap orang tidak saling peduli meski hidup berdempetan rumah, satu atap kos, bersebelahan bangku di angkutan umum, satu ruang kerja atau kondisi lain.

Hidup berdampingan pada komunitas kita tidak selalu menghasilkan manfaat yang lebih besar. Hidup berdampingan terkadang menciptakan prasangka dan komentar yang justru melemahkan semangat. Terkadang juga hidup besama dalam keberagaman memunculkan keenganan toleransi dan yang terburuk adalah saling curiga dan melemahkan satu sama lain.

Komunitas yang beragam yang terbina suasana toleransi, saling menghormati, peduli sesama, saling mengingatkan akan menghasilkan komunitas yang tangguh dan memberi manfaat besar bagi lingkungan. Bila terjadi guncangan, fitnah, provokasi, komunitas beragam yang harmonis akan tetap kokoh bersatu dan bahkan makin kokoh. Namun pada kondisi komunitas yang tidak harmonis, penuh prasangka negatif, minim toleransi dan saling melemahkan sangat sulit melahirkan karya yang bermanfaat.( Achmad Siddik Thoha/siddikthoha@yahoo.com )

Friday, May 7, 2010

Pohon Inspirasi ( 1 )


Tuhan menciptakan alam ini dalam keseimbangan yang sempurna. Kesimbangan menghasilkan harmoni kehidupan yang indah. Dalam keseimbangan terdapat interaksi yang sangat kuat dan saling membutuhkan. Satu komponen dalam keseimbangan maka komponen lain akan terganggu. Demikian pula yang terjadi pada pohon dan air yang merupakan komponen penting dalam sikus air atau peredaran air di bumi ini.

Peredaran air di bumi dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan termasuk pohon di dalamnya. Air hujan yang turun dari langit hingga kembali lagi ke langit melalui proses yang panjang. Benda pertama yang tertimpa butiran hujan adalah pohon. Hutan yang merupakan kumpulan makhluk hidup dan tak hidup yang didominasi oleh pohon menangkap hujan paling awal. Pohon adalah sosok hidup tetinggi di muka bumi. Ia menangkap dan menikmati hujan paling awal. Barulah makhluk-makhluk lain menikmati segarnya air melalui perjalanan panjang hujan di pohon.

Sebelum sampai ke tanah, air hujan harus melewati pohon terlebih dulu. Tetesan hujan ada yang diuapkan langsung saat menerpa daun, ada yang meloloskan diri melalui celah dedaunan dan ada yang mengalir perlahan di cabang dan batang. Curahan hujan deras yang tadinya keras tumbukannya, gemuruh bunyinya dan lebat jatuhnya, diredam oleh pepohonan. Air menjadi lemah benturannya, lembut bunyinya, menetes sedikit demi sedikit, mengalir perlahan setelah melewati pepohonan. Seolah mereka, pohon dan air bermain denga asyiknya. Air tak ingin segera jatuh ke bumi, ia senang dengan pohon yang menahannya dan mengajaknya berkelana di daun, ranting, cabang dan batang. Pohon pun merasakan belaian lembut air di cabang dan batangnya, menggelitik daun-daunnya dan mengguyur tajuknya laksana shower.

Air menjadi jernih karena pepohonan. Air mengalir tenang oleh sebab banyaknya pohon yang menangkapnya. Aliran air yang mengumpul di sungai takkan keruh dan bergemuruh mengerikan karena pohon menangkap, mendiamkannya cukup lama dan menembuskan ke dalam tanah dengan perlahan dan tenang. Kemudian tanah melepaskan air perlahan, tetang dan damai bagi kepentingan seluruh penghuni permukaan bumi.

Pohon dan air laksana pasangan serasi yang tak bisa dilepaskan. Pohon sangat butuh air dalam hidupnya. Tanpa air ia takkan bisa mengolah makanan. Tanpa air ia tak bisa menghasilkan bunga dan buah. Ketiadaan air membuat batang mengering dan daun-daunnya akan gugur. Air juga butuh pohon untuk menahannya lama di dalam bumi dan mengalir tenang di permukaan tanah. Bila pepohonan sudah tak lagi jadi tempat pertama jatuhnya air, maka bencana akan datang.

Air bisa ”mengamuk” karena kekasih pohonnya dirusak oleh manusia. Air akan menggerus tanah dengan kekuatan besar. Tanah-tanah yang tergerus akan menumpuk di sungai dan mengakibatkan pendangkalan. Curah hujan yang tinggi akan memenuhi sungai dan meluapkannya kemana saja. Air juga bergerak cepat dan ganas menghantam apa saja yang dilewatinya. Ia seolah ingin membalas perbuatan manusia yang telah menghilangkan kekasih abadinya.

Air juga tak mau tinggal lagi di tanah. Setelah ia berubah ujud menjadi banjir yang ganas, ia kemudian menguap cepat ke udara. Maka gersanglah tanah-tanah, keringlah sungai-sungai, tak terisinya sumur-sumur dan kerontanglah tetumbuhan serta merananya hewan dan manusia.

Air dan pohon laksana kekasih yang tak ingin berpisah. Ia adalah pasangan abadi yang diciptakan Tuhan di Alam. Air dan pohon satu sisi melambangkan kesetiaan dan sisi lain adalah kekuatan pembalasan pada para perusaknya. Ketika kita hidup dalam suasana kemesraan, maka lingkungan sekitar terasa aman dan damai. Hidup minim konflik, jarang percekcokan, perbedaaan yang saling mentoleransi dan keragaman dalam naungan cinta.

Namun bila seseorang kehilangan pasangan sejatinya, ia bisa mengalami gonjangan hidup. Keseimbangan hidup menjadi terganggu. Kadangkala goncangan hidup menjadi labil lalu menyebabkan ia merusak dirinya sendiri bahkan merugikan orang lain. Adakalanya guncangan hidup yang melanda seseorang dapat mengganggu berjalannya kehidupan orang banyak karena yang bersangkutan tidak melaksanakan tugasnya. Orang labil akan kehilangan kendali, melupakan amanah bahkan mengakibatkan kerusakan bagi diri dan lingkungannya.

Hidup ini akan damai, bila sepasang kekasih tidak dipaksa berpisah. Hidup tentram saat kemesraan kekasih tak dirusak. Indahnya hidup tanpa rasa iri, dengki dan hasud pada pasangan kekasih yang telah hidup damai. Namun hidup sengsara saat konflik memisahkan orangtua dengan anaknya, memisahkan istri dengan suaminya, melepaskan ikatan persaudaraan dan menghapus kenangan indah persahabatan.

Jangan perpanjang waktu pohon melepas rindu dengan kekasih abadinya, air. Jangan rusak kemesraan air dan pohon bila kita ingin hidup dalam suasana nyaman dan aman dari bencana.( Achmad Siddik Thoha/siddikthoha@yahoo.com )

Thursday, May 6, 2010

Taria, Diantara Mamberamo Raya dan Mamberamo Tengah


Kampung Taria, secara geografis berjarak kurang lebih 200 KM arah barat daya dari Bandar udara sentani, yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari dua jam menggunakan pesawat jenis cesna, Pilatus hingga jenis Caravan. Sementara menggunakan transportasi air, dapat ditempuh dalam waktu 4- 6 hari perjalanan dari pelabuhan Jayapura, menggunakan kapal perintis dengan tujuan pelabuhan Trimuris atau Kasonaweja, Ibukota Kabupaten Mamberamo Raya. Setelah itu, dari Trimuris, menggunakan speed boad tujuan Dabra melalui sungai Mamberamo, dan selanjutnya dari Dabra menuju pelabuhan Taria bisa ditempuh dengan menggunakan perahu kole-kole yang digandeng dengan engine 15 PK atau mesin 10 PK ( ketinting ).

Kampung ini telah ada sejak Pemerintahan Kabupaten Jayapura tahun 1997, namun masih merupakan suatu wilayah rukun wilayah dari Kampung Dabra, selanjutnya pada tahun 2001, menjadi bagian dari Kampung Fuao, setelah itu, pada tahun 2007 menjadi kampung sendiri dalam wilayah Pemerintahan Distrik Mamberamo Hulu Kabupaten Mamberamo Raya.

Namun, ketika masyarakat di Kampung ini belum setahun bereforia dengan dengan kehadiran Kabupaten Mamberamo Raya, kini mereka dipusingkan dengan hadirnya Kabupaten Mamberamo Tengah yang diresmikan awal tahun 2008. Selanjutnya Kabupaten ini mengklaim wilayah Taria menjadi miliknya. Agar lebih menegaskan keberadaan Taria sebagai milik Kabupaten Mamberamo Tengah, tak tanggung-tanggung pejabat Bupatinya, yang meskipun hanya sebagai carateker, langsung mengeluarkan dana miliaran rupiah dengan mendatangkan perusahaan besar yang membawa peralatan berat, guna memulai pembangunan jalan dan lain sebagainya yang dimulai dari Kampung Taria.

Melihat hal itu, tak ketinggalan pejabat carateker Bupati Mamberamo Raya unjuk gigi, dirinya langsung membangun 60 unit rumah sehat di Kampung Taria untuk membuktikan dan menegaskan bahwa Taria merupakan wilayahnya. Sementara itu, Carateker Bupati Mamberamo Tengah tak mau kalau, jalan kota mulai di bangun, kantor dan rumah pegawai kini siap digunakan, air bersih dan PLN menjadi bukti keseriusannya, Masyarakat kian bingung, disisi lain mereka bernaung di rumah yang dibangun oleh Mamberamo Raya, namun di sisi lainnya, mereka juga kini menikmati air bersih dan penerangan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah.

“ Kami bingung, kami sebenarnya masuk di Kabupaten Mana?,” ungkap Yeremias Kabdo, ketua Baperkam Kampung Taria, saat ditanya tentang status keberadaan Kampung Taria. Hal itu pernah di tanyakan kepada kedua carateker Bupati, tapi keduanya tetap mengklaim Taria sebagai milik Pemerintahannya. Demikian halnya ketika mendapat kunjungan Wakil Gubernur Papua, hal itu pernah ditanyakan, tetapi tidak mendapat kejelasan dari Wakil Gubernur. “ Bapak Wakil Gubernur bilang, soal batas wilayah, nanti dari Pemerintah Provinsi yang atur, kalian rakyat hanya tau menikmati saja hasil-hasil Pembangunan yang Pemerintah lakukan,” jelas Yeremias Kabdo meniru ucapan Alex Hesegem, saat turkam ke kampungnya 2009 lalu.

Kepala Kampung Taria, Robert Foisa mengaku heran dengan ketidakjelasan itu.” Saya ini aparat dari Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya, dan semua warga di sini adalah orang Mamberamo Raya, tapi kenapa, kami tidak diberi penjelasan soal ini?kami ini milik Mamberamo Raya atau milik Mamberamo Tengah?,” ungkap Roberth. Dirinya tak ingin dituding makan untung dari kondisi itu, sehingga meminta kepada Pemerintah Provinsi Papua segera memperjelas status mereka.

Bahkan akibat kehadiran Mamberamo Tengah, kini di kampong Taria warganya mulai terpencar dengan membentuk Pemerintahan Kampung yang baru, sebelumnya hanya Kampung Taria, sekarang ada kampong Tariko dan Kampung Taria 2, dan sedang diupayakan untuk mendapat restu dari Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah. Wilayah yang dihuni oleh suku Taburta itu, kini telah dihuni pula oleh suku Gen dari Kobakma dan suku Wina dari Tolikara, yang cepat atau lambat, diduga akan menjadi sumber konflik.(yomo)