Tuesday, August 18, 2009

Mamberamo Raya Epenkah...? Boooo... Jangan Tanya Lagi Paling Epen gitu lo...




Mamray- Papua merupakan daerah yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam dengan nilai keunikannya yang khas. Tingginya keanekaragaman flora dan fauna pada hutan tropis Papua disebabkan karena adanya proses pembentukan pulau new guinea dimana evolusi tektonik, geologi dan sifat batu-batuan yang unik menyebabkan terjadinya perbedaan iklim serta isolasi yang merangsang terjadinya pembentukan species endemik dengan keunikan tersendiri baik flora maupun fauna.
Kabupaten Mamberamo Raya yang memiliki luas kurang lebih 23.813,91 KM2, dengan DAS Mamberamo se luas 7.687.224 Km atau 18,83 % dari total luas DAS di Papua 40.834.951 Km, sangat berbeda dengan DAS yang lain, dengan adanya rawa pantai dan pada bagian tengah terdapat ngarai yang memotong pegunungan Foja-Van Rees. Bagian tengah sungai antara pegunungan ini dan pusat cordillera yang membentuk lahan basah yang luas dan dialiri anak sungai di lereng utara dari pusat pegunungan seperti halnya lereng selatan dari pegunungan Foja-Van Rees.
Dengan demikian aktifitas yang paling sering dilakukan oleh penduduk asli Mamberamo Raya adalah berburu, menangkap ikan dan buaya serta meramu baik sayuran dan sagu. 90% penghidupan penduduk asli bergantung pada sagu sebagai sumber kalori utama. Potensi sagu cukup besar, diperkirakan luasnya 60.000 Ha. Memancing, berburu secukupnya untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga dan sebagian untuk di jual. Aktifitas bercocok tanam yang dilakukan adalah menanam ubi–ubian dan pisang sebagai makanan pelengkap tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas. Perburuan buaya adalah yang paling utama untuk memasarkan kulitnya.
Mamberamo dengan kondisi fisik wilayah yang bervariasi turut membentuk ekosistem serta tingkat keragaman hayati (Biodiversity) daerah tersebut. Ekosistemnya yang cukup lengkap, mulai dari daerah sungai, mangrove, rawa, danau, dataran rendah dan dataran tinggi membuat Mamberamo menjadi unik. Disamping biodiversity, Mamberamo pun kaya akan potensi sumberdaya alam yang lain, seperti potensi tambang, hutan, perikanan, buaya serta debit sungai Mamberamo yang mampu menghasilkan energi listrik berkapasitas 10.000 Mega Watt.
Selain itu terdapat 250 spesies pohon yang telah berhasil diidentifikasi, juga spesies lain yang ditemukan antara lain 56 serangga air yang mana 17 diantaranya merupakan spesies baru, lebih dari 480 spesies ngengat, 23 jenis ikan air tawar dan beberapa diantaranya seperti Ikan Mas, Tawes, Lele dan Gabus merupakan spesies introduksi. Para peneliti juga telah mengidentifikasi 21 jenis Katak, 69 jenis Mamalia, 36 jenis Reptilia serta 143 burung dan 65 jenis diantaranya tergolong spesies endemik New Guinea. Di daerah Mamberamo berhasil ditemukan 115 spesies kupu-kupu dan beberapa diantaranya merupakan spesies dilindungi dan juga bernilai komersial.
Untuk melindungi keunikan tersebut, maka ditetapkanlah Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo-Foja yang meliputi Daerah Aliran Sungai Mamberamo, daerah Pegunungan Gautter dan Pegunungan Karamor yang di dalamnya termasuk Distrik Mamberamo Hilir, Mamberamo Tengah, Mamberamo Hulu sampai ke Pantai Timur (Kabupaten Sarmi).
Perkembangan berjalan, kemudian Mamberamo ditetapkan sebagai daerah Kabupaten yang mana upaya percepatan pembangunan merupakan pilihan yang harus dilakukan, terutama pembangunan infrastruktur untuk menunjang jalannya pemerintahan di daerah tersebut. Proses ini tentu membutuhkan Sumberdaya yang tidak sedikit, baik itu manusia, uang, mesin serta sumberdaya alam termasuk memanfaatkan segala kesempatan.
Upaya memacu percepatan pembangunan di wilayah ini, akan berimplikasi pada masyarakat serta lingkungan, terutama penduduk asli di wilayah tersebut. Sebab, pemerintah akan membuka ruang bagi keterlibatan berbagai aktor pembangunan, untuk bersama–sama terlibat dalam pembangunan Mamberamo.
Dalam proses tersebut, akan terjadi pemanfaatan lahan–lahan serta sumberdaya alam milik masyarakat untuk membangun fasilitas-fasilitas umum, seperti kantor-kantor, rumah sakit, sekolah, dan lain–lain. Seiring dengan pengalihan hak tersebut, maka sekaligus merubah fungsi lahan serta orientasi masyarakat terhadap lahan.
Proses pembangunan di wilayah tersebut, selayaknya direncanakan secara baik dan benar serta arif agar kemungkinan dampak yang akan muncul terutama terhadap masyarakat dan lingkungan, dapat diminimalisir.
Untuk itu, YALI sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat, yang sejak tahun 1994 sampai sekarang bekerja melakukan proses-proses pendampingan serta advokasi bagi hak-hak masyarakat asli di wilayah tersebut, dengan pembelajaran dari proses pembangunan yang berlangsung di Papua umumnya, maka study ini menjadi penting untuk dilakukan sedini mungkin agar mendapat gambaran atau rona awal dari wilayah tersebut termasuk pola penguasaan tanah dan SDA oleh penduduk asli Mamberamo Raya. ( yali papua )

No comments:

Post a Comment