Friday, January 15, 2010

Sepenggal Catatan Dari Kampung Bareri Distrik Rouffaer Mamberamo Raya ( Bagian 4 )


“ Puskesmasnya Megah, Tapi Isinya Nol Sejak Di Bangun Tahun 2007”
Selain masalah pendidikan, hal lainnya yang kami temui di Kampung Bareri adalah menyangkut masalah kesehatan dan pelayanan kesehatan. Bagaimana kondisi kesehatan dan pelayanan kesehatan di Kampung ini, berikut laporannya…

Laporan : Alberth Yomo

Bas Towoli, seorang pemuda kampung Bareri, kondisi kesehatannya dikabarkan memburuk dan harus segera di larikan ke Puskesmas Fawi. Demikian desas-desus yang sore itu ramai diperbincangkan oleh warga sekampung, dan kami mendapatkan kabar itu langsung dari mulut Bapak Gembala, Daud Ausa.
“ Minggu lalu, dia pergi tebang pohon, lalu sebatang pohon kering jatuh dan menghajar dadanya. Dia baru rasa sekarang, dadanya sakit dan susah bernafas. Jadi, besok pagi kita akan menghantarnya ke Puskesmas Fawi,” jelas Daud Ausa.
Bas Towoli harus segera dilarikan ke Puskesmas Fawi yang merupakan suatu ibukota Distrik di Kabupaten Puncak Jaya, karena di situlah pusat pelayan kesehatan terdekat dari Kampung Bareri. Keluar dari kampung Bareri dengan longboat mesin 15 PK pukul 06.00 Wit, akan tiba sekitar pukul 12.00 Wit, hanya 6 jam, itupun jika air sungai meluap.
Tapi beruntung, saat itu kondisi sungai masih meluap, sehingga beberapa pria di Kampung itu, bisa membawa Bas keluar dari Kampung menuju Puskesmas Fawi, karena kabarnya di sana ada dokternya, sehingga mereka yakin Bas pasti ditolong oleh sang dokter.
Sementara Bas Towoli belum pulang ke Kampung, dua hari berikutnya, giliran seorang Ibu yang dikabarkan sedang pingsan saat melahirkan, akibat pendarahan hebat. Harus secepatnya dilarikan ke Puskesmas Fawi, demikian perintah Gembala pada keluarga. Namun sial, satu-satunya longboat yang ada di kampung, belum balik dari Fawi ketika mengantar Bas Towoli. Entah dengan ramuan alami atau apa, Ibu itu dapat diberi pertolongan pertama, sehingga berhasil sadar dan mendapat perawatan intensif dari bidan kampung, anaknya juga dikabarkan selamat.
Timbul pertanyaan ketika kasus itu terjadi, di manakah petugas kesehatan di kampung ini? Padahal di kampung itu berdiri dengan megah sebuah Puskesmas.” Puskesmas itu dibangun tahun 2007 oleh Pemerintah Sarmi, tapi sampai sekarang tidak difungsikan, tidak ada obat-obatan di dalam, rumahnya masih kosong, karena tidak ada suster atau mantri” jelas Daud Ausa tentang keberadaan sebuah bangunan mewah di Kampung Bareri itu.
Makanya, ketika ada warga yang sakit parah, terpaksa harus dilarikan ke Puskesmas Fawi, karena itulah pusat pelayanan kesehatan yang paling dekat dan memiliki beberapa tenaga medis dan seorang dokter.
Dabra dan Kasonaweja tidak mungkin, karena harus menempuh 3 hari perjalanan serta membutuhkan biaya yang sangat besar. Karena itu, sangat diharapkan ada kebijakan yang cepat dari Pemerintah Daerah untuk menempatkan seorang dokter atau petugas medis dilengkapi sarana prasarana pendukung Puskesmas di Kampung Bareri, sehingga dapat membantu melayani masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di Kampung Bareri dan Kampung-Kampung sekitarnya. ( bersambung )

No comments:

Post a Comment